![](https://static.wixstatic.com/media/588108_63f70244277a42fa957218f113ba7a06~mv2.png/v1/fill/w_980,h_634,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/588108_63f70244277a42fa957218f113ba7a06~mv2.png)
Festival musik tahunan besutan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) Music Gallery kembali diselenggarakan di Kuningan City, Jakarta Selatan, pada Sabtu (10/03/18). Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, festival ini diramaikan oleh berbagai musisi indie tanah air dan luar negeri.
8TH Music Gallery terdiri atas dua panggung, yaitu panggung utama atau main stage di ballroom Kuningan City dan intimate stage di gedung parkir P6. Kedua panggung menampilkan musisi yang beragam dengan aliran musik yang berbeda-beda.
Beberapa hari sebelum festival diadakan, pihak penyelenggara telah terlebih dahulu merilis daftar deretan musisi lengkap dengan waktu tampilnya di akun resmi 8th Music Gallery. Musisi pertama telah mulai tampil dan menghibur penonton sejak pukul 14.00 WIB. Meski begitu, ballroom baru benar-benar dipadati penonton pada sore hari.
Kejutan Kolaborasi dari Mondo Gascaro dan White Shoes & the Couples Company
Beberapa menit sebelum pukul 18.00 WIB, penonton menanti penampilan dari musisi berikutnya di depan panggung utama dengan antusias. Beberapa penonton di bagian belakang memilih untuk duduk sambil beristirahat. Ketika lampu panggung mulai dinyalakan dan alat musik mulai dipasang, penonton sontak berseru dan merapat ke sisi depan panggung.
Tepat pukul 18.15 WIB, musisi Mondo Gascaro beserta pemusiknya melangkah naik ke atas panggung dan menyapa penonton. Terlambat lima belas menit dari waktu yang ditetapkan, Mondo segera memulai penampilannya dengan membawakan beberapa lagu dari album Rajakelana.
Setelah membawakan enam lagu, Mondo menghentikan permainan musiknya dan mengumumkan akan adanya penampilan kejutan. Drummer dan vokalis band indie White Shoes & the Couples Company (WSTCC) Aprilia Apsari kemudian naik ke atas panggung dan memicu pekikan terkejut dari para penonton.
“Terima kasih Mondo Gascaro dan kawan-kawan sudah mengajak White Shoes and the Couples Company,” ujar vokalis yang lebih akrab dipanggil Sari. Ia tersenyum malu sambil memegang buku catatan kecil di tangannya. “Maaf ya kalau saya bawa contekan.”
Kolaborasi Mondo dengan WSTCC dibuka dengan lagu Lamun Ombak lalu diikuti dengan lagu berbahasa Inggris berjudul Our Day Will Come. Sepanjang penampilan penonton tidak bisa berhenti bersorak sambil merekam kejadian menggunakan ponsel masing-masing.
Pada pukul 19.00 WIB, seluruh personel WSTCC sudah naik ke atas panggung untuk membawakan lagu kolaborasi ketiga.
“Dari tadi udah lagu yang slow, gimana kalau sekarang waktunya lagu yang lebih semangat? Please welcome, White Shoes & the Couples Company,” sambut Mondo.
Kedua musisi membawakan lagu Indahnya Sepi yang merupakan aransemen baru dari lagu musisi lawas Chandra Darusman. Meski penonton tampak tidak familiar dengan lagu tersebut, namun mereka tampak tetap menikmati.
Setelah lagu keempat, Mondo dan rekan-rekannya pamit undur diri. WSTCC pun memulai penampilan solo mereka dengan membawakan lagu-lagu yang lebih bersemangat, kontras dengan penampilan Mondo yang tenang dan lembut.
WSTCC membawakan tujuh buah lagu mereka sendiri, beberapa di antaranya adalah Kisah dari Selatan Jakarta, Senandung Maaf, Hidup Hanya Sekali, dan Aksi Kucing. Selain musik yang enak didengar, aksi panggung Sari yang gemar menyelingi tarian dalam nyanyiannya turt membakar semangat penonton.
Di akhir penampilannya, Sari mengaku terkesan dengan reaksi penonton di festival malam itu. Ia mengaku, kesuksesan acara 8th Music Gallery dapat terlihat melalui antusias dan keramaian penonton yang hadir.
Profesionalitas Novo Amor Menghadapi Krisis Panggung
Usai penampilan memukau dari Mondo Gascaro dan WSTCC, penonton tidak langsung membubarkan diri. Sebaliknya, ballroom semakin terisi penuh, dan penonton pada baris terdepan juga semakin berdesakan. Semuanya menanti penampilan berikutnya dari musisi indie asal Inggris Novo Amor.
Setelah menanti selama 30 menit, pukul 20.25 Novo Amor dan rekan-rekannya naik ke atas panggng. Teriakan sabutan dari penonton terdengar ke sepenjuru ruangan. Novo Amor pun membuka penampilannya dengan lagu-lagunya yang khas.
Musik Novo Amor membawa ketenangan dan menyejukkan penonton. Layar LCD yang dipasang di sisi belakang panggung menampilkan gambar pemandangan alam, semakin mendukung suasana tenang dalam penampilannya. Berbeda dengan penampilan musisi-musisi sebelumnya, panggung Novo Amor hanya dihiasi dengan penerangan seadanya dan cahaya dari layar LCD.
Di tengah lagu ketiga, Novo Amor tiba-tiba menghadi krisis ketika gitar listriknya tidak mengeluarkan suara. Iringan musik dari rekan-rekannya tidak cukup untuk melengkapi nyanyiannya. Ia menghentikan penampilannya di tengah lagu dan menimbulkan kebingungan di mata penonton. Meski begitu, penonton tetap mencoba menyemangatinya dengan seruan yang heboh.
Sampai beberapa lagu berikutnya, gitar Novo Amor tampak terus mengalami masalah. Kepanikan di wajahnya terlihat jelas di awal, namun dukungan dari penonton membuatnya lebih rileks. Setelah beberapa menit, gitarnya pun kembali pulih dan ia bisa membawakan lagu dengan normal.
Penonton bersorak senang mendengar kembali suara gitar Novo Amor. Sang musisi pun tersenyum lega dan meminta maaf atas masalah teknis yang dialaminya.
“Terima kasih, terima kasih banyak. Saya minta maaf atas jeda tadi,” tuturnya. “Saya sangat senang bisa berada disini. Kami sanga lelah karena baru saja melakukan perjalanan yang begitu jauh untuk pertama kalilnya.”
Novo Amor pun melanjutkan dengan memperkenalkan pemusik yang mengiringi penampilannya. Pada lagu ketujuh, ia berhenti memainkan gitar dan beralih pada keyboard di sisi kanan panggung.
Sama seperti lagu-lagu sebelumnya, lagu yang berjudul Anchor ini juga diawali dengan iringan musik yang tenang dan menyejukkan. Saat memasuki lagu kedelapan yang berjudul Alps, suara penonton yang ikut bernyanyi semakin terdengar. Penonton yang paling bersemangat untuk ikut bernyanyi berkumpul di barisan belakang.
Sebelum mengakhiri penampilannya, Novo Amor menarasikan latar belakang lagu terakhir yang akan ia bawakan. Lagu tersebut merupakan lagu yang ia populerkan dengan Ed Tullet dan berjudul Terraform.
Usai pembawaan lagu terakhir, Novo Amor dan rekan-rekannya mengucapkan terima kasih dan kembali mengajukan permohonan maaf atas masalah teknis di tengah penampilan tadi. Novo Amor kemudian melipat sebuah pesawat kertas dan menerbangkannya ke arah penonton. Sayangnya, pesawat tersebut malah berbelok dan terjatuh kembali di atas panggung. Ia pun tertawa malu seraya melangkah turun dari panggung, diiringi dengan sorakan dan ucapan selamat tinggal dari penonotn.
Penampilan Enerjik Beach Fossils Akhiri Malam Festival
Semakin malam, ballroom Kuningan City semakin dipadati penonton. Tak ada lagi penonton yang duduk di bagian belakang untuk beristirahat. Semuanya berdiri dan menanti dengan antusias penampilan terakhir pada di 8th Music Gallery.
Musisi terakhir yang sangat dinanti-nantikan adalah Beach Fossils, band indie rock asal New York yang terkenal dengan ciri khas musik low fidelity mereka. Band tersebut dijadwalkan untuk tampil pukul 22.45 WIB, namun hingga pukul 23.00 WIB mereka masih belum naik ke atas panggung. Meski begitu, penonton tetap menanti denagn sabar.
Beberapa menit kemudian, personel Beach Fossils mulai naik ke atas panggung dan melakukan sound check pada alat musik mereka. Kehadiran para personel cukup menarik perhatian penonton dan membuat para penonton bergegas berkumpul ke sisi depan meski penampilan belum dimulai. Semuanya bersorak menyambut mereka dengan antusias.
“Beach Fossils! Beach Fossils! Beach Fossils!” elu para penonton.
Ketika para personel telah siap, vokalis Beach Fossils menyapa penonton dengan gaya yang enerjik dan santai.
“Saya tidak tahu apa yang sedang terjadi, tapi saya rasa ini waktunya kita bermain sekarang,” tuturnya.
Musik kencang langsung dimainkan dan memicu reaksi heboh penonton. Lagu yang mereka bawakan bertempo sedang, namun musiknya cukup kencang dan memekikan telinga, khas seperti penampilan Beach Fossils biasanya.
Tidak hanya penonton deretan depan, penonton bagian belakang pun ikut bersorak. Semuanya melompat dengan girang dan sesekali ikut bernyanyi. Malam sudah larut, namun semangat dalam penampilan Beach Fossils berhasil membuat para penonton tetap terjaga.
Di tengah lagu kedua, vokalis melakukan stage dive dengan melemparkan dirinya ke antara kerumunan penoton di deretan depan. Para penonton berseru dan secara sukarela menopang tubuh sang vokalis. Ketika hal itu terjadi, lagu berhenti dinyanyikan dan hanya musik kencang yang terdengar.
Sepanjang penampilan, LCD di belakan panggung menampilkan adegan-adegan dalam video klip musik Beach Fossils yang khas dengan konsep jaman dulu. Lampu panggung yang terang dan berwarna-warni turut meramaikan penampilan enerjik mereka.
Di akhir penampilan, dengan gaya bicara yang kasua, Beach Fossils mengucapkan terima kasih dan pamit undur diri. Sorakan kecewa sekaligus bersemangat dapat terdengar di antara penonton. Reaksi penonton usai menyaksikan penampilan Beach Fossils menunjukkan kesuksesan band tersebut dalam menutup 8th Music Gallery malam itu.
Comentarios